Kamis, 18 Juni 2009

Corporate Power and Global Production Networks

Dalam tulisannya tentang Corporate Power and Global Production Networks, David Held hendak mengungkapkan bagaimana proses globalisasi ini secara marak mulai terjadi dengan munculnya FDI (Foreign Direct Investment) pada periode pasca perang Dunia Pertama. FDI yang awalnya terjadi berdasarkan pada negara-negara yang memiliki hubungan secara politik dan dibatasi oleh kedekatan geografis pun mulai meningkat menjadi FDI lintas batas. Negara-negara dengan perekonomian maju dan modal kuat menjadi sumber aliran FDI yang paling menonjol. Pada periode awal mulai mengglobalnya FDI, negara yang paling besar prosentasinya dalam FDI dunia adalah Inggris dan Amerika (David Held: 240). Pada periode sebelum tahun 1945, FDI dan produksi internasional masih begitu dibatasi dan aktivitas dari MNC-MNC masih terbatas pada negara-negara tertentu, meski pada negara-negara produsen besar sumber daya alam seperti: minyak, tambang, dan bahan pertanian penting seperti karet, mulai dirambah oleh para investor yang mulai mendirikan afiliasi-afiliasi internasional demi produksi internasional (David Held: 241). Pada periode-periode awal pasca perang Dunia I dan II, sumber daya alam seperti besi, minyak, karet, dan bahan tambang lainnya menjadi sasaran yang banyak dicari oleh para investor dalam mengembangkan produksi internasional. Tujuan utama atas produksi itu adalah sebagai usaha pembangunan dan pemupukan modal. Sejak saat itu pulalah MNC mulai muncul dan memiliki kekuasaan sendiri yang mampu menerobos batas-batas politik maupun geografis suatu negara. Sejak saat itu (sekitar tahun 1960-an) juga aliran FDI mulai berkembang pesat dari pada GDP dunia (David Held:242). Dalam arti ini, FDI dan MNC menjadi agen utama dari pasar modal global yang prosentasi jumlah transaksinya melebihi transaksi perdagangan sektor riil antar negara.

Selain itu, jangkauan wilayah dari aliran FDI ini juga semakin mengglobal. Pelaku utama FDI yang semakin mengglobal ini pertama-tama adalah negara-negara dengan superioritas teknologi dan tingkat konsumsi tinggi terhadap sumber daya alam di suatu negara tertentu. Hal ini didukung dengan mulai munculnya liberalisasi finansial yang memungkinkan FDI semakin berkembang pesat dan mengglobal. Meski ada beberapa usaha proteksi dari beberapa negara berkaitan dengan globalisasi FDI ini, namun usaha ini tidak cukup signifikan. Dengan adanya globalisasi FDI dan MNC-MNC ini, intensitas produksi internasional menjadi semakin tinggi dan luas. Dan akhirnya, pada sekitar awal tahun 1980-an, globalisasi FDI ini meledak dahsyat dengan dinyatakannya perdagangan bebas dan pasar serta investasi terbuka lintas batas di wilayah Asia Pasifik hingga tahun 2010 oleh APEC yang disebut sebagai Deklarasi Osaka. Hal ini didukung juga oleh Pasar Tunggal Uni Eropa serta North American Free Trade Agreement (NAFTA) (David Held: 243).
Sejak saat itu, intensitas, ekstensitas dari FDI serta produksi multinasional (MNC-MNC) berkembang sangat cepat. Perkembangan FDI dan MNC ini dapat dilihat dengan lebih cepatnya pertumbuhan pejualan produksi multinasional ini daripada aktivitas ekspor dunia: pada tahun 1970-an dan 1980-an mereka telah mencapai tingkat yang sebanding dengan tingkat eksport dunia namun pada akhir tahun 1990-an, mereka telah mencapai 30 persen lebih tinggi (UNCTAD, 1994, hal.130; 1997, hal.4). Penjualan afiliasi-afilisasi asing dalam prosentasi GDP dunia telah meningkat dari 10-15 persen pada tahun 1970-an hingga sekitar 25 persen pada hari ini. (Held: 246).
Meski FDI dan multinasional produksi ini berkembang begitu pesat, namun terdapat suatu pola yang sungguh berbeda dan tidak merata. Negara-negara yang memiliki aliran FDI paling besar atau MNC-MNC itu hanya terdiri dari 8 negara atau yang disebut sebagai G8. Mereka menguasai paling tidak tiga per empat dari stok FDI Dunia. Aliran FDI terbesar akhirnya ditujukan kepada negara-negara anggota OECD (Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan) dan negara-negara anggota OECD ini mulai dapat memenuhi stok FDI. Meski demikian, bagi negara-negara berkembang yang tidak termasuk OECD, FDI ini tidak dapat berjalan secara merata. Beberapa negara berkembang justru mengalami jatuh miskin karena tidak memiliki kekuatan untuk terlibat dalam FDI ini. Meski terlibat pun, negara-negara berkembang ini telah ditempatkan sebagai wilayah jajahan produksi multinasional ini entah berkaitan dengan bahan baku produksi maupun dalam hal tenaga kerja. Negara-negara yang menguasai sebagian besar aliran FDI akan semakin memperbesar pundi-pundi modal mereka dan juga menguasai produksi internasional serta perdagangan dunia, sementara negara-negara berkembang di tempatkan ke dalam suatu stratifikasi tertentu. Jelas bahwa dengan adanya stratifikasi dalam FDI serta perdagangan internasional ini, keuntungan sebagian besar hanya akan mengalir ke negara-negara yang memiliki aliran FDI cukup besar.
Tidak mudah untuk memahami secara jernih persoalan FDI dan MNC ini. Hal ini disebabkan oleh karena kompleksitas permasalahan yang saling terkait satu sama lain. Selain itu, kekuatan korporasi dan jaringan produksi global seakan telah berdiri sendiri di luar batas-batas kekuasaan politik dan prosedur formal suatu hubungan antar negara. Akibat dari realitas ini sungguh amat besar dalam hal perkembangan perekonomian suatu negara. Ketidakseimbangan aliran investasi, modal dan produksi internasional ini justru akan membuat kesenjangan antara negara maju dan negara berkembang semakin tinggi. Hal ini semakin diperparah dengan adanya koalisi atau suatu kerjasama dalam hal investasi dari negara-negara maju seperti halnya G8. Negara-negara berkembang yang sebagian besar sebagai host dari aliran FDI akan semakin bergantung dari proses produksi internasional oleh para MNC.
Dalam tulisan tersebut, David Held mengungkapkan dengan lugas beserta data-data penting mengenai perjalanan sejarah serta pengaruh FDI serta MNC yang semakin mengglobal. Meski diakui olehnya, tidak mudah untuk mengukur suatu aktivitas FDI atau MNC saat ini, karena ketidaktersedianya data yang cukup akurat, namun gambaran ini setidaknya telah membuka wawasan baru dalam hal aktivitas ekonomi dunia, pergerakan modal dunia, kecenderungan produksi manusia global saat ini dan juga penciptaan ‘kebutuhan’ bagi masyarakat global. Dengan adanya situasi tersebut, tidakkah kita berpikir tentang bagaimana menyeimbangkan produksi dan konsumsi; apakah hasrat produksi multinasional dewasa ini dengan investasi besar-besaran dan pemasaran yang semakin mengglobal ini justru tidak sedang memperpendek usia dunia?

Tidak ada komentar: